Manusia adalah mahluk yang dinamis,
ia berubah-ubah mengikuti zaman dan lingkungannya. Lalu apa yang membuat
perubahan itu mengarah ke hal yang lebih baik? Apakah teknologi? Apakah adat
dan budaya? Ataukah masukan dari negeri-negeri tetangga? Dalam dunia yang serba
modern saat ini peran teknologi informasi sangat-sangat besar. Dibanding dengan
seluruh cabang ilmu teknologi, beberapa tahun belakangan ini kita dipaksa
setuju bahwa teknologi informasi lah yang berkembang dengan sangat pesat. Lalu
sudah siapkah kita menghadapi kepesatan itu? Sudah siapkah Negara kita ikut
berkembang bersama teknologi informasi?
Mempersiapkan generasi muda yang
ikut berkembang bersama dengan teknologi informasi ibarat memaksa seorang
pelari marathon beradu cepat dengan kuda pacu. Lalu apa yang harus dilakukan?
Apakah kita akan selalu ketinggalan zaman? Tentu tidak. Kita tidak harus
mengikuti mentah-mentah setiap perkembangan IT yang ada. Sebagaimana
globalisasi, kita dapat menyaring perkembangan apa saja yang sekiranya dapat
membuat masyarakat kita berkembang.
Mengolah teknologi informasi
bukanlah perkara yang sulit, kita hanya harus mengetahui apa saja informasi
yang kita butuhkan dan mana yang tidak. Informasi apa saja yang dapat dijadikan
alat untuk mempermudah pekerjaan kita dan mana yang tidak. Teknologi Informasi
berkembang dengan cepat karena penyebarannya yang tidak pernah mengenal ruang
dan waktu. Lalu kapan dan harus mulai darimana kita mengikuti perkembangan yang
cepat itu?
Peran serta mahasiswa merupakan hal
yang sangat krusial, mengembangkan IT pada para civitas akademik merupakan hal
yang sangat logis. Dimana mereka yang masih memiliki semangat untuk belajar dan
berkembang dapat dengan baik. Tidak hanya untuk perguruan tinggi, untuk
pendidikan dasar dan menengah kita juga harus mulai menyisipkan IT dalam
kehidupan berpendidikan. Hindari sifat kolot yang merasa bahwa diri ini gagap
akan teknologi, terutama untuk para pengajar. Karena tentu, peserta didik tidak
akan berkembang dengan baik jika pengajarnya tidak ikut berkembang dengan
keadaan zaman.
Sumber : EMARKETER |
Seperti saat ini, hamper dikatakan sekitar 45% masyarakat Indonesia sudah memiliki smartphone. Dan ada ribuan aplikasi
yang tersebar di seluruh store aplikasi online. Lalu ada sebanyak apa aplikasi
mengenai pendidikan?
Sumber App Anie Indonesia |
Rata-rata aplikasi yang tersedia
adalah bersifat hiburan, komunikasi, dan bisnis. Jarang sekali aplikasi yang
memuat tentang pendidikan secara visioner. Bagaimana mengembangkan pendidikan
lebih efektif, bagaimana membuat peserta didik jauh lebih tertantang untuk
belajar melalu aplikasi-aplikasi tersebut. Lalu harus seperti apakah aplikasi
yang dibuat? Seperti kita tahu bahwa kategori yang merajai di Google Play Store
misalnya, adalah seputar komunikasi, sosial, dan hiburan. Maka mengapa tidak
kita mengembangkan aplikasi yang bisa memuat ketiganya? Kita mengenal facebook,
di sana ada sosial, ada hiburan, ada juga komunikasi. Namun terlihat bahwa
tidak terlalu banyak pendidikan yang kita dapat melalui facebook. Lalu mengapa
kita tidak membuat aplikasi berbasis pendidikan yang mirip seperti facebook.
Dimana seluruh pelajar di dunia bisa saling bertemu, bisa saling beradu
peringkat skor permainan tentang pendidikan?
Facebook sudah seperti melihat dunia
di dalam dunia, apapun bisa dilakukan. Lalu mengapa kita tidak membuat Sosial “Education” Media, yang berprinsip sama
seperti facebook namun berisi para civitas akademika. Contoh seperti di
Universitas Mercu Buana, membuat sistem elearning dimana antar mahasiswa bisa
saling berkomunikasi dan berdiskusi melalui forum. Bahkan antar dosen dan
mahasiswa bisa saling berdiskusi. Mengapa kita tidak mengembangkan inovasi dari
Universitas Mercu Buana ini menjadi suatu aplikasi yang berdiri sendiri.
Aplikasi seperti facebook, dimana disitu berkumpul para siswa, mahasiswa,
dosen, guru, professor, praktisi, profesionalis dalam satu wadah? Dimana jika
ada kesulitan bisa saling bantu membantu
dengan ilmu dan sumber yang jelas. Para ahli bisa saling berbagi pengalaman,
bisa langsung chatting antar pengguna
yang terdaftar. Ibarat konsultasi suatu ilmu, langsung dari sumbernya.
Sebagai contoh lain, di elearningFakultas Ilmu Komputer (FASILKOM) Universitas Mercu Buana, para dosen yang
membuka forum diskusi membiarkan para mahasiswanya mengeksplor pengetahuannya
sendiri-sendiri. Sehingga istilah-istilah yang mungkin saya pribadi tidak tahu,
menjadi pengetahuan baru bagi saya. Lalu bayangkan jika ini kita lakukan langsung
bersama para-para ahli yang tersebar diseluruh Indonesia atau bahkan Dunia
dalam satu wadah yaitu, Social “Education” Media.
Tentu untuk mewujudkan ini akan
terbentu oleh banyak persoalan. Seperti mungkin tidak akan banyak orang yang
akan bergabung dalam aplikasi ini. Sifat kolot atau merasa jauh dengan
teknologi juga merupakan isu sosial yang sangat berat untuk dipecahkan. Tidak
mudah memaksa seseorang untuk langsung pindah segala sesuatunya menjadi by system.
Namun tentu, jika seandainya
orang-orang yang merasa gagap teknologi saja mendadak bisa punya facebook, bisa
memiliki smartphone, bisa lancer menggunakan email. Lalu apa sulitnya jika
mengajak menggunakan Social Education Media ini? Apa yang kita perlukan?
Dokumentasi, itu jawaban yang tepat. Iklan dan dokumentasi yang jelas tentu
akan mempermudah penyebaran informasi tentang seperti apa aplikasi ini,
bagaimana cara kerjanya, apa saja manfaat dan resiko yang didapat. Ingat, kita
bermain diteknologi informasi. Tentunya menyebarkan dokumentasi ataupun promosi
seperti ini bukanlah perkara yang sulit. Segala sesuatu bisa kita jadikan
viral, jika berita-berita buruk saja bisa jadi viral, bagaimana berita baik
seperti ini?
Dokumentasi dan Promosi yang jelas
dapat dijadikan alat untuk mengajak seluruh ahli dibidang pendidikan agar mau
bersatu dan berbagi dalam satu wadah. Tentunya dokumentasi dapat dijadikan alat
untuk dipelajari oleh para pengguna. Dengan harapan jika ada aplikasi seperti
ini, dan dapat terwujud serta bisa sebesar sosial media yang umum, maka dapat
dipastikan kita bisa beralih ke dunia pendidikan digital. Tidak ada lagi pohon
ditebang untuk membuat buku pelajaran, tidak ada lagi jarak dan waktu untuk
peserta didik dan pengajar untuk saling berdiskusi. Tidak ada lagi batasan
antara ilmu pengetahuan dan para penjamin masa depan Negara kita.
Sumber : Tufts Enigma |
0 comments:
Post a Comment